Kecerdasan ekologis dalam IPS

Mengembangkan Kecerdasan Ekologis Dalam IPS

Disusun oleh :

Dwi Noviyani Putri                 (11144600090)

Ani Widyastuti                        (11144600117)

Bayu Kesuma                        (11144600118)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

2012

 

BAB I

PENDAHULUAN

 A.           Latar Belakang

Ekologi memilki perkembangan yang berangsur-angsur sepanjang sejarah. Dimulai pada abad ke-16 dan ke-17 yang timbul dari natural history dan kemudian berkembang menjadi satu ilmu yang sistematik, analitik dan obyektif mengenai hubungan organisme dan lingkungan yaitu ekologi. Nama tersebut baru dikemukakan oleh seorang ahli biologi Jerman yang bernama Earns Haeckel (1834-1919) pada tahun 1860.

Sekitar tahun 1900, Ekologi diakui sebagai ilmu dan berkembang terus dengan cepat. Apalagi disaat dunia sangat peka dengan maslah lingkungan dalam mengadakan dan memelihara mutu peradaban manusia. Ekologi merupakan cabang ilmu yang mendasarinya dan selalu berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Sejak timbulnya gerakan kesadaran lingkungan di seluruh dunia mulai tahun 1968, semua orang wajib mengetahui ekologi. Karena dituntutnya kesadaran lingkungan bagi setiap orang antara lain tentang penghematan sumber daya, penghematan energi, masalah pencemaran udara, pencemaran air dan pencemaran tanah. Tidak satu cabang ilmupun yang dapat mengabaikan ekologi. Prinsip-prinsip ekologi dapat menerangkan dan memberikan ilham dalam mencari jalan untuk kehidupan yang lebih layak.
Baca lebih lanjut

Wina Salah Satu Kota Wisata Terbaik di Dunia

Setiap negara, pastinya punya beberapa kota besar yang menjadi tujuan  wisata. Indonesia misalnya. Dari 33 provinsi yang terdaftar, negara kepulauan terbesar di dunia ini mempunyai 98 kota yang bisa dikunjungi wisatawan. Sebagai kota dengan fasilitas terlengkap, kualitas dan standar hidup, Jkarta mungkin ada di peringkat pertama. Bagaimana kalo dibandingkan dengan kota-kota yang ada di Asia Tenggara? Wow, cukup jauh peringkatnya.

Mercer, lembaga jasa konsultan internasional belum lama ini mensurvei kota-kota terbesar yang memiliki kualitas dan standar hidup terbaik di dounia atau 2011 Quality of Living in the World, menempatkan Jakarta berada di posisi 140 dari 221 kota besar yang masuk dalam daftar Mercer. Sementara beberapa kota di kawasan Asia Tenggara lainnya, seperti Singapura (25), Kuala Lumpur (76), Bangkok (121), dan Manila (128)

.22275_1330018530948_1245512244_987824_1511118_n

Lantas kota malna ynag menjadi peringkat teratas. Sebagai kotan dengan kualitas dan standar hidup terbaik, Mercer memilih kota Wina di Austria. Kota Wina mengalahkan kota Zurich di Swiss yang ada di peringkat kedua dan kota Auckland di Selandia Baru yang menempati peringkat ketiga. Kota-kota ini terpilih berdasarkan kualitas dan standar hidup yang dikelompokkan menjadi 10 kategori dari 39 faktor. Di antaranya adalah faktor stabilitas politik, tingkat keamanan, sanitasi, standar pendidikan, transportasi umum, tempat-tempat wisata atau rekreasi dan pelayanan umum.

Wina atau Vienna merupakan ibukota dari Republik Federal Austria. Kota dengan penduduk dua juta jiwa ini, dikenal sebagai kota yang punya objek menarik dan memiliki nilai budaya yang tinggi. Nggak usah heran banyak wisatawan yang memilih berlibur ke Wina. Salah satu objek paling menarik tentunya bangunan bernilai seni tinggi, Stephansdom atau Katedral Stephan. Gereja yang dibangun pada tahun 1100-an ini memiliki arsitektur romawi dengan gambaur tokoh-tokoh nasrani di dalamnya.  Menariknya, kecuali altar tempat berdoa, turis bisa memotret sisi-sisi menawan di gereja tersebut.

Selain gereja, istana-istana megah disana cukup banyak jumlahnya, diantaranya, istana Hofburg, istana Presiden serta kantor pemerinitahan yang dulunya istana musim dingin Kaisar Austria. Hey, di sini ada ruang Indonesia, loh. Perpustakaan dan literature tentang negara kita banyak juga lo. Selanjutnya Istana Schonbrunn. Istana musim panas Kaisar Austria ini dipenuhi dengan koleksi benda peninggalan kerajaan Austria. Kemudian, istana Belvedere. Istananya Prinz Eugen Von Savoyen, Panglima Tenitara Kekaisaran Austria menghadang serangan Turki di tahun 1683.

Sistem transportsinya pun menarik banget. Banyak angkutan umum seperti bus, kereta cepat, trem, kereta bawah tanah dan taksi. Semua angkutan umum, nggak ada kondekturnya. Semua kereta gak pake pagar pembatas. Pengguna bisa masuk sangat leluasa. Meskipun yang gak punya tiket sekalipun. Kalopin beli tiket, satu tiket berlaku satu jam bisa digunakan untuk apa aja, kemana aja dan gak pake diperiksa lo. Tiketpun tersedia dalam bentuk yang berlangganan, berlaku sebulan, seminggu, atau selamanya. Konon katanya, transportasi di sini sering jadi proyek percontohan negara-negara lain. Hebat kan?

Dulu, waktu masih zaman penjajah Indonesia sebenernya punya trem kota loh. Juga punya kereta klasik. Sayang keduanya udah dihapus. Ehm, kapan ya masyarakat Indonesia bisa sadar akan kedisiplinan. Apa masih Cuma mimpi? Tapi paling gak, dengan berlibur ke Wina, bisa dong ngerasainnya. Yuk, ah… (sumber: majalah Gaul)